EXCELSIOR

Braga, untuk masyarakat Bandung ataupun yang sering berkunjung ke Bandung, mungkin nama itu sudah tidak asing lagi. Jalan Braga di Kota Bandung memiliki sejarah panjang dan sangat dikenal. Jalan ini terletak persis di jantung kota dan berhimpitan dengan Jalan Asia Afrika yang dikenal dengan Gedung Merdeka, dan juga dekat dengan Masjid Raya Bandung. Sejarahnya dimulai sekitar tahun 1808 ketika ada pembangunan jalan Anyer-Panarukan. Waktu terus berjalan hingga akhirnya banyak bangunan bersejarah yang ada disana berubah menjadi banguna modern.

Beberapa waktu lalu, tepatnya 23-25 September 2011 diadakan Braga Festival 2011 untuk menyambut ulang tahun Kota Bandung ke-201. Area yang digunakan untuk festival kali ini adalah Jalan Braga Panjang, Jalan Braga Pendek, dan juga Jalan Cikapundung Timur.

Ada beberapa tempat yang menjadi pusat keramaian pengunjung selama acara berlangsung.

1. Panggung Muter, di Jalan Braga Panjang
Panggung ini menjadi pusat permainan cahaya dan kembang api pada pembukaan acara. Di hari kedua, menjadi pentas permainan gitar klasik, biola, jazz, serta monolog teater, pembacaan puisi, dan pergelaran musik hingga tengah malam. Di hari ketiga, panggung diramaikan oleh permainan drum tunggal hingga musikalisasi puisi dan teater.

2. Panggung depan Gedung Gas Negara Jalan Braga Panjang
Hari pertama menjadi lokasi peragaan busana, tarian, dan pembacaan risalah Braga di acara pembukaan. Pada hari kedua, diramaikan oleh pentas musik, kabaret, peragaan busana, dan ditutup oleh orasi ilmiah. Sebagai penutup di hari ketiga, panggung dipakai untuk pentas musik, seperti perkusi dan musik bambu. 

 3. Gedung New Majestic, Jalan Braga Pendek
Malam hari pertama festival diisi oleh permainan musik jazz. Di hari kedua, Sabtu, 24 September 2011, gedung bekas bioskop itu 'dikuasai' penggemar musik blues. Belasan band blues akan beraksi sejak tengah hari hingga tengah malam, diselingi pemutaran film The Unseen Blues. Pada hari terakhir, giliran musik balada, setelah itu dilanjutkan dengan pementasan lagu-lagu rock klasik.

4. Area Sawah di Jalan Braga Pendek
Di tempat sawah buatan yang seluruh padinya ditanam dalam pot ini di antaranya menjadi arena seremoni pembukaan, permainan perkusi, dan musik tarawangsa. Di hari kedua, menjadi tempat talkshow lingkungan dan permainan musik tradisional karinding. Pada hari ketiga, dipakai untuk acara memasak Wakil Wali Kota Bandung Ayi Vivananda, yang diteruskan oleh kesenian tradisional.

5. Panggung Sudut di Jalan Braga Pendek
Panggung ini mulai ada di hari kedua, dipakai untuk menampilkan debus, reog, teater, sulap, dan tarot, serta permainan alat musik kecapi. Pada hari ketiga, panggung itu menjadi tempat pentas bagi kelompok teater, di antaranya Kelompok Payung Hitam.
6. Lapangan Parkir Jalan Cikapundung
Selama tiga hari, arena tersebut dimeriahkan oleh musik angklung, perkusi, pencak silat, dan bajidoran. Adapun di area anak-anak, diisi oleh tarian siswa sekolah dasar, vokal grup, dan sulap.

7. Gedung YPK, Jalan Naripan
Pada hari kedua festival, gedung ini dipakai untuk pemutaran film independen dan pelatihan membuat skenario. 

8. Mal Braga City Walk
Arena ini dipakai untuk pemutaran film dan pelatihan membuat film pada hari kedua dan ketiga festival.

Sementara itu, di sisi sepanjang jalan, panitia menyiapkan stan-stan dan saung untuk para pedagang, mulai dari makanan, pakaian, hingga benda seni. Hal paling menarik yang membuat Festival ini ramai dikunjungi, tidak lain dan tidak bukan karena Festival ini gratis :)

sumber referensi: detik bandung & tempo interaktif

Categories: ,

Leave a Reply